METRO UPDATE Rejang Lebong – Calon Bupati Rejang Lebong nomor urut 3, Syamsul Effendi, menepis tudingan soal janji pembangunan pabrik tomat yang dilontarkan oleh pesaingnya, calon bupati nomor urut 1 Fikri, dalam debat pamungkas Pilkada Rejang Lebong 2024, di Hotel Mercure, Minggu malam, 17 November.
Ia menegaskan, apa yang dijanjikan pada Pilkada 2020 lalu bukan pabrik tomat, melainkan penguatan hilirisasi produk pertanian secara umum.
“Kami tidak pernah berjanji kepada masyarakat, dengan Allah, iya. Tapi kami selalu berusaha,” kata Syamsul, menanggapi kritik yang disampaikan Fikri dalam debat yang disiarkan langsung melalui akun YouTube KPU Rejang Lebong.
Ia menjelaskan, komitmen yang diutarakan pada Pilkada sebelumnya lebih luas, seperti pembangunan pabrik saus atau fasilitas pengolahan lain yang mendukung nilai tambah hasil pertanian lokal.
Selama masa jabatannya, kata Syamsul, sejumlah upaya konkret telah dilakukan untuk merealisasikan hilirisasi pertanian. Salah satunya adalah menjalin komunikasi dengan perusahaan besar seperti Mayora. Namun, ia mengakui, langkah tersebut terhambat oleh kapasitas produksi petani lokal yang belum mencukupi.
“Mayora meminta kepastian kapasitas produksi per bulan dalam jumlah tonase tertentu. Sayangnya, petani kita belum mampu memenuhi kebutuhan itu,” ujar Syamsul, merinci tantangan yang dihadapi dalam menjembatani kebutuhan pasar dengan kemampuan lokal.
Ia juga menyebut pandemi Covid-19 sebagai salah satu faktor yang memperlambat realisasi program-program yang telah dirancang.
“Siapapun bupatinya, bahkan profesor atau doktor sekalipun, pasti menghadapi kesulitan yang sama di masa pandemi,” katanya.
Kendati demikian, Syamsul mengklaim pihaknya telah melakukan berbagai langkah, termasuk menjalin kerja sama dengan kabupaten tetangga dan provinsi untuk menstabilkan harga hasil panen.
Syamsul menyoroti pentingnya meningkatkan kualitas produk pertanian lokal sebagai bagian dari upaya hilirisasi. Ia mengakui bahwa produk pertanian Rejang Lebong masih menghadapi kendala dalam memenuhi standar pasar, terutama untuk ekspor.
“Sayur kita sering gagal memenuhi tingkat kesegaran yang diminta pasar, ditambah penggunaan pestisida yang masih berlebihan,” kata dia.
Meski menghadapi berbagai tantangan, Syamsul menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan sektor pertanian di Rejang Lebong. Jika terpilih kembali, ia berjanji memperbaiki kualitas hasil tani, memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, serta memperkuat hilirisasi untuk meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
“Hilirasasi bukan hanya soal pabrik, tapi soal membangun ekosistem yang mendukung produk pertanian kita memiliki nilai tambah,” ujar Syamsul.
(Yurnal)
Komentar