Kelangkaan Bahan Pokok SEMBAKO, Masyarakat Enggano Berharap Ada Bantuan Dari Pemerintah

Metro Bengkulu –  Masyarakat adat Pulau Enggano, Provinsi Bengkulu, kini menghadapi ancaman keterisolasian akibat tidak beroperasinya kapal penumpang dan pengangkut logistik ke pulau tersebut, selama lebih dari dua pekan terakhir. Kondisi ini memicu krisis yang kian terasa, mulai dari kelangkaan bahan pokok, pasokan BBM, hingga terhambatnya layanan pendidikan dan kesehatan.

Mulyadi Kauno, Ketua Pengurus Daerah AMAN Enggano, menyampaikan bahwa tanpa kapal, seluruh jalur distribusi barang dan mobilitas penduduk terganggu total. “Mulai dari bahan pokok hingga hasil panen tidak bisa keluar maupun masuk. Kami benar-benar terisolasi,” ujarnya.

Senada, Milson Kaitora, Paabuki atau pemimpin adat Enggano, menilai situasi ini mencerminkan lambannya antisipasi pemerintah terhadap pendangkalan alur Pelabuhan Pulau Baai yang menjadi penghubung utama ke Enggano. “Dampaknya sekarang terasa sangat luas. Kami yang paling menderita,” katanya.

Krisis ini juga memukul kehidupan rumah tangga. Windi Aprilia, perempuan adat setempat, mengungkapkan harga kebutuhan pokok melonjak drastis. “Bawang Rp70 ribu sekilo, minyak goreng Rp26 ribu, telur sudah tidak ada lagi di warung. Kalau ini terus berlanjut, kami tak tahu harus bagaimana,” tuturnya.

Masalah kian pelik menjelang masa sekolah. Banyak siswa dan guru yang berada di Kota Bengkulu tidak bisa kembali ke pulau, bahkan beberapa siswa terancam gagal mengikuti tes Paskibraka. Mahasiswi Sonia Agustin juga mengaku tidak bisa kembali ke kampus untuk menyelesaikan skripsi karena terjebak di Enggano.

Ketua Pengurus Harian Wilayah AMAN Bengkulu, Fahmi Arisandi, mendesak pemerintah untuk segera melakukan mitigasi. Ia menegaskan bahwa pengerukan alur Pelabuhan Pulau Baai harus disertai dengan solusi jangka pendek untuk menjamin kelangsungan hidup masyarakat di pulau tersebut.

“Kami ingatkan, ada ribuan nyawa yang kini dalam kondisi darurat. Jangan sepelekan keluhan masyarakat Enggano,” tegas Fahmi.

Editor – mu

Komentar