METRO UPDATE.CO.ID–JAKARTA—Hari H pemungutan suara masih beberapa bulan lagi, tapi kabar prediksi siapa pemenang pemilihan presiden (Pilpres) 2019 sudah berseliweran. Benar bahwa lembaga-lembaga survei cukup rajin merilis hasil riset jajak pendapatnya. Umumnya rilisan-rilisan itu berkisar soal berapa nilai elektabilitas (tingkat kedipilihan atau ketertarikan publik dalam memilih sesuatu), baik kandidat pilpres maupun partai politik (parpol). Ada juga yang menangkap popularitas atau tingkat keterkenalan suatu figur ataupun parpol. Namun, ada kabar berantai yang menarik untuk dibedah. Sebuah unggahan di Facebook menyebut keberadaan tim bernama “SUARA RAKYAT JELATA” yang melaporkan hasil “penelitiannya”. Isinya: angka prediksi perolehan suara Pilpres 2019 di 35 wilayah (34 provinsi dan satu wilayah luar negeri). Laporan itu muncul pada postingan bertanggal 23 November 2018, 9:36 PM. Laporan itu menyebut kandidat Jokowi-Ma’ruf Amin hanya mampu unggul di 10 (dari 35) wilayah. Sisanya, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno-lah yang unggul. Unggahan itu dilengkapi tiga analisis faktor perubahan peta politik antara 2014 dengan 2019.
Daya Sebar Tinggi
Alat social monitoring platform Crowdtangle mencatat per 29 November 2018 pukul 15.00 WIB sudah ada 19 fanpage atau grup Facebook meneruskan kabar itu, umumnya grup-grup yang menunjukkan dukungan kepada Prabowo Subianto. Contohnya adalah laman “VICTORY PRABOWO SUBIANTO 2019 – 2024”. Namun, ada pula grup pendukung Jokowi bernama “Jokowi Presiden RI 2019” yang ikut serta membagi kabar yang sama. Grup-grup lainnya bercirikan daerah tertentu, seperti “Palanta Urang Awak Minangkabau” dan “ASPIRASI RAKYAT KALBAR”. Belum lagi ragam pengguna lain yang ramai membagikan postingan itu. Artinya, konten kabar mengenai angka prediksi perolehan suara Pilpres 2019 itu punya kekuatan daya sebar yang tinggi.
Menyebar Jadi Artikel
Clickbait Situs Online Tidak hanya berpotensi besar punya daya sebar yang tinggi, kabar yang semakin berantai itu alih wahana menjadi artikel clickbait di beberapa portal online. Sebut saja artikel berjudul “Beredar Prediksi Perolehan Suara” yang terbit pada 28 November 2018. Atau artikel berjudul “Beredar Prediksi Perolehan Suara Pilpres 2019 Hasil Akhirnya Mengejutkan” hingga “Berdasarkan Penelitian Prabowo Sandi Memenangkan Pilpres 2019”. Isinya tentu saja serupa, hanya mengalihkan konten dari FB ke artikel dengan beberapa tambahan minor. Benarkah kabar mengenai angka prediksi perolehan suara Pilpres 2019 itu? Bagaimana penjelasan dan pertanggungjawaban risetnya?
Kejanggalan-Kejanggalan Akun Facebook
Tak Meyakinkan Akun FB yang mengaku bernama “Suara Rakyat Jelata” user name id-nya tercatat sebagai @TheNaturalVoicesOfIndonesia. Tidak ada keterangan lebih lanjut soal alamat dan nomor kontak dari lembaga itu. Di Facebook, ia hanya punya penjelasan kategoris sebagai “Non-Governmental Organization (NGO)”. Informasi lain, akun itu punya dua grup. Pertama, “Suara Rakyat Jelata” yang bertipe grup publik (terbuka). Kedua, “Ujung Gading Sejati” yang bertipe grup tertutup. Ujung Gading adalah sebuah wilayah di Pasaman Barat, Sumatera Barat. Bukan hanya informasinya yang terbatas. Postingan yang muncul cenderung tendensius dan tidak rapi, tak mencerminkan laman lembaga penelitian.
Awak Media mencoba menghubungi laman itu via Facebook Messenger (29/11), tetapi tidak ada tanggapan. Padahal, terlihat jelas bahwa pesan yang terkirim sudah terbaca. Tidak Ada Keterangan Metodologi Penelitian Informasi metodologi atau bagaimana cara mereka melakukan penelitian itu tidak tampak sama sekali. Keterangan batasan waktu kapan penelitian itu dilakukan pun tidak ada. Padahal, dalam sebuah penelitian, termasuk jajak pendapat, umumnya dicantumkan keterangan soal berapa sampel narasumber yang diambil, keterangan soal teknik pengambilan data, hingga margin of error. Perbandingan dengan Survei Mutakhir Lain Rilis hasil jajak pendapat dari berbagai lembaga survei jamak menggunakan pendekatan “elektabilitas”: tingkat keterpilihan atau ketertarikan publik dalam memilih sesuatu. Artinya, jika survei itu dilakukan dengan batasan waktu tertentu (misal 1-10 November 2018), hasilnya adalah gambaran pilihan responden ketika survei itu dilakukan. Namun, survei itu bukanlah hasil akhir suara dalam pemungutan pemilu.
Bagaimana dengan survei-survei lain? Tirto berusaha mencari dengan berbagai kombinasi kata kunci pencarian di mesin pencari internet, hingga 29 November 2018, 17.00 WIB, apakah ada hasil survei dengan informasi sama seperti data “Suara Rakyat Jelata”. Hasilnya nihil. Rilisan dari Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC) 7 Oktober 2018 (dengan periode survei 7–14 September 2018) menemukan fakta bahwa Jokowi mendapatkan elektabilitas nasional sebesar 60,2 persen, sementara Prabowo punya 28,7 persen. Tentu rilisan itu menyertakan informasi responden dengan hasil tidak menjawab/tidak tahu sebesar 11,1 persen. (Keterangan lain bisa dilihat dalam laporan) Lembaga lain, Alvara Research Center, yang merilis data survei periode 8-22 Oktober 2018, menunjukkan hasil nasional 54,1 persen untuk Jokowi dan 33,9 persen untuk Prabowo. Survei memperlihatkan variasi hasil per wilayah pulau di Indonesia. Namun, survei diberi keterangan: jumlah sampling responden 1.781 orang di 33 provinsi di Indonesia.
Jelas berbeda dengan hasil “Suara Rakyat Jelata” yang menyertakan wilayah pemilihan luar negeri. Bahkan, dari rilisan terbaru lembaga survei Median, per November 2018 (periode survei 4-16 November 2018), hasilnya pun berbeda. Laporannya (PDF) membeberkan keterangan 1.200 orang sampel dengan margin of error sebesar +/- 2,9% pada tingkat kepercayaan 95%. Intinya, keterangan bagaimana survei itu dilakukan disertakan dengan jelas. Kesimpulan Berdasarkan penelusuran di atas, informasi angka prediksi perolehan suara Pilpres 2019 di 35 wilayah hasil dari penelitian tim “Suara Rakyat Jelata” sukar dilihat sebagai informasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Selain tidak ada kelengkapan detail soal bagaimana penelitian itu dilakukan, lembaga yang melakukan penelitian juga tak jelas. Pelacakan tak menemukan alamat, kontak, dan keterangan detail mengenai “Suara Rakyat Jelata”. Sayangnya, informasi dari tim “Suara Rakyat Jelata” tak hanya bersifat mudah menyebar, tapi juga berpeluang menjadi bahan baku artikel clickbait. Informasi tak jelas yang dinamai survei ini bisa berkembang menjadi misinformasi, bahkan disinformasi.
Komentar