METROUPDATE.CO.ID-BENGKULU UTARA – Pesawat Lion Air, dengan nomor penenerbangan JT 610, rute Cengkareng menuju Pangkalpinang pada Senin (29/10) mengalami kecelakaan setelah lepas landas dari Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, sekira pukul 06:20 WIB. Pesawat regitrasi PK-LQP jenis Boieng 737 MAX 8 tersebut, jatuh setelah 13 menit mengudara pada koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” (sekitar perairan Kerawang Jawa Barat).
Pada daftar penumpang yang berhasil diperoleh awak media , tertera nama Dodi Junaidi, yang pernah bertugas selama lebih kurang 2 tahun mejabat sebagai Kasi Pidsus pada Kejaksaan Negeri (Kejari) Bengkulu Utara. Sebagaimana diketahui memang setiap senin pagi, Dodi berangkat kerja ke Pangkal Pinang, karena ia menjabat Kasi Pidsus di kejaksaan Negeri Pangkal Pinang.
Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Bengkulu Utara, Fatkhuri, SH, saat disambangi di kantornya Senin siang mengakui, dirinya telah mendengar info tersebut. Bahkan ia merasa sangat berduka atas kejadian itu, karena Dody, telah dianggap sebagai keluarga sendiri. Sebelum di Bengkulu Utara, Kata Fathuri, Dodi juga pernah bertugas di kejaksaan Negeri Kepahiang
“Tentunya kita sangat berduka mendapatkan info jatuhnya pesawat yang ditumpangi Dodi, kita coba hubungi pihak keluarga, namun telepon istrinya belum dapat di hubungi. Kami masih berharap itu hanya kesamaan nama, karena hingga saat ini satupun keluarga Dody Junaidy belum dapat di hubungi” tutur Kajari.
Sementara itu Badan SAR Nasional menemukan puing-puing, perlengkapan, dan potongan tubuh manusia yang diduga terkait dengan jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di Laut Jawa, Senin (29/10/2018) pagi. Hingga kini, proses evakuasi masih dilakukan tim Basarnas.
Lokasi ditemukannya puing hingga potongan tubuh itu hanya berjarak 2 nautical mile dari titik koordinat yang diberikan menara Air Traffic Control Bandara Soekarno-Hatta kepada Basarnas. Titik koordinat yang diberikan menara ATC itu adalah terakhir kalinya kontak dilakukan dengan pesawat.
Pesawat buatan 2018 ini, baru dioperasikan oleh Lion Air sejak 15 Agustus 2018. Dinyatakan laik operasi. Dikomandoi Capt. Bhavye Suneja, copilot Harvino bersama enam awak kabin atas nama Shintia Melina, Citra Noivita Anggelia, Alviani Hidayatul Solikha, Damayanti Simarmata, Mery Yulianda, dan Deny Maula. Kapten pilot sudah memiliki jam terbang lebih dari 6.000 jam terbang dan copilot telah mempunyai jam terbang lebih dari 5.000 jam terbang
Pihak Lion air sangat prihatin dengan kejadian ini, dan akan berkerjasama dengan instansi terkait dan semua pihak sehubungan dengan kejadian ini. “Terkait dengan kejadian ini kami membuka crisis center di nomor telepon 021-80820000 dan untuk infomasi penumpang di nomor telpon 021-80820002,” tulis pihak lion air yang disampaikan ke segenap media masa.
Sedangkan menurut Kementerian Perhubungan, pesawat ini membawa 178 penumpang dewasa, 1 penumpang anak-anak, 2 bayi, 2 pilot dan 5 awak atau flight attendant. Dari jumlah penumpang tersebut, 20 di antaranya merupakan pegawai Kementerian Keuangan ( Kemenkeu). Pihak kementerian pun berupaya mengumpulkan data terkait informasi tersebut.
“Dari data sementara yang kami kumpulkan, data sementara ada 20 orang yang terdiri dari 3 pegawai KPKNL Ditjen KN, 5 pegawai KPPN dan Kanwil Ditjen Perbendaharaan, serta 12 pegawai KPP Ditjen Pajak di Bangka dan Belitung,” kata Kepala Humas Kemenkeu Nufransa Wira Sakti saat dihubungi Senin (29/10/2018). dirilis kompas.com
(sumber : kontras today)
Komentar