Saudi diam-diam penjarakan ratusan muslim Rohingya

METROUPDATE.CO.ID-ARAB SAUDI- Hasil penyelidikan media Middle East Eye (MEE) mengungkapkan ada ratusan warga etnis muslim Rohingya, terdiri dari pria, wanita, dan anak-anak yang dipenjara di sebuah pusat penahanan selama beberapa tahun.

Banyak warga Rohingya melarikan diri ke Arab Saudi untuk menghindari kerusuhan pada 2011 di kampung halaman mereka di Myanmar. Mereka ke Saudi dengan paspor palsu dan mencari nafkah di sana sampai akhirnya mereka jadi korban razia karena tidak punya dokumen ketenagakerjaan.

Dalam penyelidikan selama empat bulan MEE mewawancarai mantan tahanan dan mereka yang masih dipenjara, termasuk mereka yang berada di Saudi, kamp pengungsi Bangladesh dan sejumlah aktivis yang membenarkan ratusan orang Rohingya dipenjara di Saudi.

Dikutip dari laman Middle East Eye (29/10), tahanan yang berada di penjara Saudi itu sudah mendekam selama satu hingga enam tahun di Pusat Penahanan Shumaisi di Jeddah. Mereka tidak bisa bebas dan tidak jelas ditahan untuk berapa lama.

Abu Ubaid, bukan nama sebenarnya, kini ditahan di pusat penahan itu. Lewat ponsel yang diselundupkan ke penjara dia menceritakan kisahnya ketika diwawancara.

“Semua orang di sini ingin keluar. Kami merasa sangat frustrasi dan trauma berada di sini,” kata Ubaid kepada MEE.

“Sebagian besar yang ditahan di sini karena memakai paspor palsu, tapi mau bagaimana lagi. Pemerintah Myanmar tidak mau memberi kami dokumen apa pun apalagi paspor,” kata dia.

pengungsi rohingya di kutupalong Mohammad Ponir Hossain/Reuters

 

Etnis Rohingya mengalami kekerasan dalam beberapa dekade terakhir oleh militer Myanmar.

Sebanyak lebih dari 700 ribu muslim Rohingnya terpaksa mengungsi ke Bangladesh menyusul kekerasan oleh militer Myanmar pada Agustus tahun lalu.

Warga Rohingya yang berangkat ke Saudi memakai paspor palsu yang mereka peroleh di Bangladesh, Pakistan, dan Nepal. Mereka ingin mencapi penghidupan di Negeri Petro Dolar.

Pusat Penahanan Shumaisi menampung sekitar 32 ribu pekerja dengan dokumen palsu dari berbagai belahan dunia.

Sebagian dari mereka langsung dideportasi hanya beberapa hari setelah ditangkap tapi Saudi tetap menahan warga Rohingya ketimbang mengirim mereka kembali ke Myanmar yang akan membuat mereka mengalami kekerasan.

Sejauh ini belum ada alasan jelas mengapa pemerintah Saudi menahan begitu banyak warga Rohingya di Shumaisi namun para tahanan dan aktivis meyakini hal ini karena Saudi masih berusaha memastikan mereka Rohingya atau bukan.

Tahanan Rohingya ditempatkan di sebuah area tahanan yang kurang mendapat sinar matahari dan mereka dilarang pergi ke tempat lain di pusat penahanan itu.

Sejumlah warga Rohingya juga ada yang meninggal atau mengalami gangguan jiwa karena sudah terlalu lama ditahan.

“Kami yakin ada ratusan Rohingya ditahan di Pusat Penahanan Shumaisi,” kata Nay San Lwin, aktivis Rohingya kepada MEE.

“Tahanan dan kenalan saya mengatakan ada sejumlah ruangan di Shumaisi yang isinya hanya dihuni orang Rohingya.”

Win juga menyebut para tahanan itu menempati satu ruangan yang diisi 64 orang dan mereka tidur di ranjang tempat tidur susun.

Para tahanan mengatakan kepada MEE, mereka menghabiskan waktu dengan salat, bermain, membuka media sosial lewat ponsel selundupan, menulis atau mengunggah lagu ke YouTube, memohon Raja Salman agar mereka dibebaskan.

Win menuturkan, pemerintah Saudi mengabaikan permohonannya untuk menemui pejabat kementerian luar negeri untuk membahas soal ini.

Kedutaan Saudi di London dan Amerika juga tidak merespons kabar soal ini. Kementerian Luar Negeri Bangladesh mengatakan mereka baru akan berkomentar jika berita soal ini sudah dipublikasikan.

“Ada banyak anak muda yang jadi gila,” kata Haseeb, tahanan lain kepada MEE.

“Mereka ngoceh sendiri. Membenturkan kepala ke tembok. Beginilah hidup kami. Selama 24 jam tidak melakukan apa-apa kecuali khawatir dengan keluarga kami.” [pan]

(sumber : merdeka.com)

Komentar