METROUPDATE.CO.ID-BOGOR- Pergerakan tanah di Kampung Cimamarung, Desa Cijayanti,
Kecamatan Babakanmadang, Kabupaten Bogor, diduga disebabkan karena terkikisnya pondasi tanah oleh air hujan pasca musim kemarau.
Hal itu disampaikan pakar tanah Kamir R. Brata . Ia mengatakan, biasanya keretakan tanah terjadi saat musim kemarau. Saat masuk musim penghujan, retakan-retakan itu akan membesar dan membentuk semacam bongkahan atau belahan tanah, sehingga tanah terbelah.
“Saat hujan turun, airnya akan masuk ke dalam retakan-retakan itu. Makin lama makin terkikis, dan di sanalah tanah akan bergerak ke bawah. Besarannya tergantung kelabilan kontur tanah tersebut,” ujarnya kepada Radar Bogor.
Pencetus lubang resapan biopori itu juga menjelaskan, potensi keretakan tanah paling didominasi daerah-daerah yang memiliki tebing. Kemarau panjang dan minimnya resapan air, kata dia jadi sebab utama tanah bisa retak.
“Bisa dibilang ancaman Bogor ini adalah retak tanah. Inilah Bogor. Jadi air yang di dalam tanah akan keluar pada saat kemarau. Pada saat hujan, air akan masuk ke dalam retakan tanah dan menggeser lebih lebar kontur tanah. Apalagi kalau di dekatnya ada getaran kendaraan,” terangnya.
Masih menurut Kamir, biasanya, jika ada tebing yang kering saat musim kemarau, akan berpotensi pecah dan retak. Posisi Kampung Cimamurang yang notabanennya berada di kaki Bukit Pelangi, menurut Kamir, sangat wajar terjadi pergerakan tanah.
Kamir pun meminta masyarakat selalu menjaga kondisi cadangan air dengan memperbanyak lubang-lubang resapan air seperti biopori. Menurutnya, sebab utama tanah yang retak adalah karena tanah minim resapan air, sehingga kerontang dan membentuk bongkahan-bongkahan.
“Selama tidak bisa mengelola air dengan baik, tanah di mana pun akan seperti itu. Jadi perbanyaklah resapan air. Apalagi di Bogor banyak tebing, kemudian dibuat bangunan. Bisa jadi awalnya aman, tiba-tiba longsor. Jika sudah terjadi bencana, restorasi alam tidak bisa terjadi dalam satu atau dua hari,” pungkasnya.(cr3/d)
(sumber : radar bogor)
Komentar